A Koala in Pilgrimage

  • Home
  • Kayla who?
  • Why Koala? What Pilgrim?
  • Pages
    • Flavors.me
    • About.me
    • Medium
Home Archive for September 2013
Terkadang, kita semua sebagai manusia berusaha untuk hidup lebih kuat, ya, bertahan. Bukan terkadang. Sering kali. 

Tapi apakah kalian sadar, ketika kalian berusaha kuat, no one ever noticed. Ya, kuat untuk menutupinya, bukan menahannya. Kita berharap orang-orang mengerti bahwa kita sedang berusaha kuat, jadi jangan tolong sakiti lagi. Jarang sekali ada orang yang menyadari usaha kita dalam 'sandiwara' tersebut, berusaha menjadi kuat dan tahan banting terhadap apa yang ada, dan ya, berusaha dipandang.

Padahal, sekali lagi apa kalian sadar, ga ada orang kuat ngaku kuat, sama hal nya dengan orang baik, mereka tidak pernah mengakui diri mereka baik. tidak pernah. Kalau ada, itu berarti dia bukan orang baik seperti yang orang pikir.

Jadi,

Terkadang dengan orang mengetahui kita kuat, membuat kita jauh lebih rileks dan kita bisa lebih bangkit. Namun sayang amat sayang, jarang sekali ada yang menyadari. Atau justru, menganggap kita memang kuat sehingga bagi mereka, disakitipun tetap akan kuat.

Tapi, kalau kalian berusaha menyampaikan kalau kalian kuat, atau setidaknya berusaha kuat, TIDAK MEMBUAT KALIAN TAMPAK KUAT. Itu justru artinya begitu lemahnya kalian, sampai segitunya butuh pengakuan. Mereka yang kuat adalah yang bisa meyakinkan dan meneguhkan diri mereka sendiri bahwa mereka kuat.
Lalu?

Ya, inilah salah satu paradoks dalam kehidupan. 

inspired by tweeps. Dear people, tweeting about your strong-hearted are totally useless guys.
Pasca-Belajar-Matematika, dan biasanya hobi gue adalah baca novel, namun detik ini gue gapunya minat bahkan seujung jari pun.

So, mari lampiaskan kejenuhan disini.

Gue bener-bener nyari bahan apa yang bisa gue torehkan di blog ini, tapi nyatanya gue tak kunjung menemukan sesuatu berbobot yang bisa gue tampilkan --meskipun Dianda sering muji post gue-- nyatanya gue terus terusan curcol ga jelas disini. Entahlah, tapi segala apa yang gue tulis di post satu ini bener-bener ngalir gitu aja, jadi sori banget kalo entar ganyambung karena pikiran gue benar-benar random dan dipenuhi hal-hal gak penting; mulai dari kegusaran, rencana-rencana -yang menurut gue- hebat, konspirasi kecil terhadap beberapa keadaan sekitar, imajinasi dan ilusi terhadap apa yang ada di kamar ini, dan bahkan rencana untuk menyumpal mulut balita 2 tahun -yang sangat menggemaskan- namun memiliki kekuatan pita suara yang luar biasa, -beberapa langkah dari kamar gue.

Sebenernya sebagian besar pikiran gue kali ini didominasi oleh kegusaran. No, Gue geli menyebutnya galau. Ini kegusaran, mengganjal dan bahkan tak jarang mengganggu. Sumpah ya, mungkin gue terlalu lebay menyikapi ini semua tapi entahlah, gue terlalu menganggapnya berharga. Perspektif orang terhadap sesuatu pasti beda sih, ya. Sama halnya dengan lembaran Otto Iskandar Dinata di mata pengemis jalanan dan konglomerat kaya, sangat berbeda. Dan ya, dalam posisi ini, jika hal itu gue gambarkan sebagai 'Lembaran Otto Iskandar Dinata', maka gue adalah 'pengemis jalanan' tersebut. INI PERUMPAMAAN.

Entahlah, tapi gue yakin benar kalo hampir setengah waktu di kehidupan sekitar 1 tahun terakhir ini memang dihabiskan dengan itu. Dan mungkin, berhubung gue adalah tipikal orang yang ambisius, dan ketika ambisi itu tercapai, gue benar-benar 'mendedikasikan' diri untuk ambisi tersebut. Ribet ya.

Intinya, gue gusar dan gundah gulana sekali malam ini. Dan ya, sampai jumpa di post selanjutnya :)
"Yong LDK itu proker terakhir kita bukan?" 
-Shafira Naomi Hermanus, kepada Mayong Firdaus, 18-09-2013.
Duh.

xoxo
Hai, ada yang mengganjal di pikiran dan hati beberapa minggu terakhir ini.

Semua orang punya target. Target tersebut disusun rapi dan sistematis, dipersiapkan sebaik mungkin. Target tersebut dicapai dengan berbagai amunisi; banyak macamnya, beragam fungsinya.

Ada dalam keadaan, dimana semua orang memiliki target yang sama; ya, pada kasus ini lebih cocok dikatakan sebagai kompetisi. Kompetisi besar-besaran, dinanti semua orang, ditunggu-tunggu. Tiap-tiap pihak yang terlibat dalam kompetisi ini memiliki persiapannya masing-masing.

Ini bukan pertarungan. Ini ajang pembuktian mana yang terbaik, setiap pihak seharusnya cukup dengan dirinya dan bagaimana mereka mampu menciptakan target-target bagi diri mereka sendiri dan bagaimana pula mereka mencapainya. Aduhai, ini bukan gulat! Kompetisi ini diadakan untuk menunjukkan siapa yang terbaik, bukan menjatuhkan. 

Ah, gue terlalu naif di konteks ini.

Terlampau banyak pihak yang menyeleweng. Berusaha menjatuhkan dari dalam, mencuri amunisi dan strategi pihak lain. Kejam, beringas. Mereka bahkan tak mau peduli, atau mungkin memang tidak bisa peduli. Memanipulasi keadaan, fakta, dan faktor-faktor pendukung pencapaian target pihak lain.

Ada yang pada akhirnya terlampau paranoid akan kejadian-kejadian tersebut. Dan ya, menyisakan teori konspirasi dimana-mana. Menciptakan dugaan-dugaan keji menurut perspektif sendiri terhadap pihak lain, atas dasar ketakutan dan kecurigaan. Hei, sekuat apapun dugaan, tetaplah bukan fakta.

Teori konspirasi muncul dimana-mana, di dalam tiap pihak tumbuh pihak baru, menciptakan teori-teori dan dugaan nista terhadap pihak lain, ya, karena mereka terlalu ketakutan dengan dicurinya amunisi mereka. Kemudian dengan ketakutan mereka, maka kembalilah kepada teori sebelumnya: 
Mencuri strategi dan amunisi. Dan cara-cara keji lainnya, ketakutan terhadap rubuhnya pihaknya sendiri menciptakan pemikiran-pemikiran jahat untuk meruntuhkan juga pihak-pihak lainnya.

Konspirasi yang baik adalah yang tidak terungkap, maka ini menyebabkan segala pihak berupaya melakukan konspirasi yang baik dan akhirnya menimbulkan perang dingin. Membenci dari dalam, diam-diam tiap-tiap pihak menciptakan dugaan-dugaan dan akhirnya kemunafikan dimana-mana.

Cukup masuk akal.

Mereka yang memakai cara-cara nista adalah mereka yang ketakutan, dan mereka yang ketakutan adalah pengecut-pengecut bau amis yang menyadari payahnya amunisi mereka sehingga mereka perlu mencuri dari pihak lain yang dirasa lebih baik. 

Konspirasi besar-besaran ini benar-benar telah terjadi, dan ini fakta.
Hai kalian semua, diluar sana, bagaimana pun juga kami sudah siap.
Tidak, kami tidak butuh cara nista.
Berperanglah diluar sana, ya, kalian semua, seluruh pihak-pihak yang terlibat. Berperanglah, bagi kami peduli setan tentang kalian.
Biarkanlah kami disini, memperkuat amunisi dan strategi kami.
Biarkan kami melalui persiapan kami dengan aman, dan berkompetisi dengan sehat.

Hai. Malam ini malam-pasca-hujan, hawa-hawa dingin masih merambat, sedap buat tidur ya haha. Kepala sedang agak mumet nampaknya, setelah belajar fisika dan browsing cara ngukur Jangka Sorong, haha. Wah, pelajaran 1-2 tahun lalu.

Terinspirasi dari 1st post di blognya Naomi, shafiranaomi.blogspot.com yang baru aja dia bikin.

Yang jelas, gue cuma mau curhat soal perubahan-perubahan gue belakangan ini.

Ya, jelas. Yang pertama, gue kelas 9 sekarang. Gue mulai menginjakkan kaki di medan perang, mulai mempersiapkan amunisi, dan bersiap untuk hambatan-hambatan sebelum akhirnya gue akan berjuang lagi di puncaknya. Banyak yang harus disiapkan.

Dan jelas pula, gue lebih sibuk dari sebelumnya. Punya waktu luang buat nulis post ini aja Alhamdulillah. Gue mulai disibukkan dengan tugas-tugas sekolah, belum lagi PT (Pelajaran Tambahan) dari sekolah, dan bimbel. Belum lagi, latihan buat Pagelaran.

Dan tahukah kalian, bahwa ada yang bertambah, ada yang berkurang. Waktu gue sehari hanya 24 jam, dan rutinitas-rutinitas wajib gabisa dihindari. Yang ada, kebiasaan-kebiasaan kecil gue lah yang tergeser. Biar kecil, tapi itu kebiasaan, agak sulit buat ngilangin gitu aja. 

Ada yang baru, ada yang lama. Kita akan terus bertemu hal-hal baru. Segalanya berubah, secara perlahan, tanpa disadari. Ketika kita sadar, tiba-tiba kita udah menginjakkan kaki di atmosfer yang berbeda, baik itu lingkungan, waktu, pergaulan, dan kebiasaan. Segalanya berubah, hanya ingatan di hyppocampus ini yang tidak berubah. Hei, puji Tuhan aku tidak punya amnesia.

Dan ya, terimakasih untuk segalanya.
Subscribe to: Posts ( Atom )

About Me

 photo 1500559169952_1.jpg
A bookworm, a craver of warmth. A dreamer, a (little bit) chaser. Above all, a sleep lover.

Pages

  • Beranda
  • Why Koala? What Pilgrim?
  • Whose Blog Are You Looking At?
  • ►  2018 (1)
    • ►  July (1)
  • ►  2017 (2)
    • ►  September (2)
  • ►  2016 (2)
    • ►  May (2)
  • ►  2015 (7)
    • ►  July (2)
    • ►  March (1)
    • ►  January (4)
  • ►  2014 (3)
    • ►  May (2)
    • ►  February (1)
  • ▼  2013 (33)
    • ►  December (3)
    • ►  November (3)
    • ►  October (1)
    • ▼  September (6)
      • Paradoks
      • Curhat, As Always bruh.
      • Not a Quote.
      • Quotes #4
      • Teori Konspirasi
      • Torehan Kecil
    • ►  August (1)
    • ►  July (3)
    • ►  June (12)
    • ►  May (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
  • ►  2012 (13)
    • ►  December (3)
    • ►  November (1)
    • ►  August (1)
    • ►  June (2)
    • ►  May (3)
    • ►  April (3)
  • ►  2011 (3)
    • ►  December (1)
    • ►  October (1)
    • ►  August (1)
Powered by Blogger.

Blog Archive

  • ►  2018 (1)
    • ►  July (1)
  • ►  2017 (2)
    • ►  September (2)
  • ►  2016 (2)
    • ►  May (2)
  • ►  2015 (7)
    • ►  July (2)
    • ►  March (1)
    • ►  January (4)
  • ►  2014 (3)
    • ►  May (2)
    • ►  February (1)
  • ▼  2013 (33)
    • ►  December (3)
    • ►  November (3)
    • ►  October (1)
    • ▼  September (6)
      • Paradoks
      • Curhat, As Always bruh.
      • Not a Quote.
      • Quotes #4
      • Teori Konspirasi
      • Torehan Kecil
    • ►  August (1)
    • ►  July (3)
    • ►  June (12)
    • ►  May (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
  • ►  2012 (13)
    • ►  December (3)
    • ►  November (1)
    • ►  August (1)
    • ►  June (2)
    • ►  May (3)
    • ►  April (3)
  • ►  2011 (3)
    • ►  December (1)
    • ►  October (1)
    • ►  August (1)
Copyright 2014 A Koala in Pilgrimage.
Designed by OddThemes