Topeng Media Sosial
Selamat
malam, kawan.
Gue
rasa cuma kejenuhan yang bisa membawa gue untuk menulis lagi (plus, kebebasan).
Sedang malas berurusan dengan media sosial. Biasanya gue fangirling-an;
mempreteli segala hal berbau idola dalam bentuk JPEG atau FLV; tidak kunjung
selesai, semakin dalam, semakin banyak, tapi mabuk sendiri karenanya.
Dimabukkan oleh sesama manusia yang bermil-mil jauhnya dari tempat gue
mengaguminya secara virtual. Menyedihkan.
Biasanya
gue melakukan hal menyedihkan tersebut di sebuah akun yang gue khususkan,
tentunya agar tidak terlalu mengganggu entitas pengguna akun lainnya di akun
asli gue (but still I bother them with doing that. Karena.. entahlah.). Tapi akun khusus itu lama-kelamaan bikin
jenuh.
Disini
point cerita gue akan gue dimulai.
I'm
awkward in social media. It's kinda hard to socialize there, its way easier for me to do it in real
life. Berusaha diterima di sebuah lingkungan; dimana segalanya bisa
dibilang anonim, karena kita tidak tau identitas satu sama lain, rasanya
seperti memulai hidup baru. Cara gue bersosialisasi dengan orang memang bisa dibilang agak,
aneh, tapi itu yang membuat gue easily attached to anyone. Gue blak-blakan, apa
adanya didepan siapapun yang baru gue kenal (beda sama pencitraan. Jelas gue ga
akan kayak gitu di depan Presiden; atau momen tertentu yang mengharuskan gue
bertingkah beda).
Gue mendapatkan beberapa teman di akun khusus tersebut, tapi tetap gue
tidak menemukan kecocokkan satu sama lain. I tend to be flexible, tapi tetap
kerasa perbedaan jalan pikir diantara kita. Gue cenderung berinteraksi sama
mereka cuma untuk senang-senang (you know that fangirl things) (when you go
crazy because of your idols?) (Like when you go use capslock for your every
tweet whenever you see their hot pics) (Nah, like that). Tapi untuk ngobrol
secara intens, gue rasa tidak.
Beberapa bulan sempat aktif di akun khusus tersebut membuat gue
mengamati mereka (kebetulan anaknya kepo). Dan gue menemukan beberapa fakta
kecil.
I found out that most of them are so
called-outcast. Dan justru mereka yang dianggap senior (or usually called Senpai) adalah mereka yang beneran
outcast. Well, gue rasa media sosial adalah cara mereka mengekspresikan diri
mereka. Mengekspresikan sisi lain mereka yang tidak bisa mereka lakukan di dunia nyata. Disini mereka merasa
lebih dihargai, bahkan dihormati. Now it sounds make sense.
I admit that I’m not an outcast. Making
friends is not a big deal for me. Mungkinkah gara gara itu gue merasa jalan pikir
gue kurang sesuai dengan mereka?
(you can read my short explanation here; someone asked me on ask.fm)
(want ask me more? go to ask.fm/kayladsp)
Bagi gue, orang yang supel dan banyak temen itu cenderung open-minded. Bersama mereka gue bisa diskusi, berbincang-bincang mengenai hal-hal yang luas dan berwawasan; tapi kami tetep bisa seneng-seneng dan main. Itulah mengapa temen-temen gue juga kebanyakan bukan mereka yang outcast; not because I don't want to be friends with them, we just don't match.
Yang membuat gue jenuh di akun khusus ini bukannya karena gue tidak menemukan topik yang bagus (selain idol tentunya) untuk dibicarakan secara intens, karena gue masih punya banyak teman kalo cuma untuk sekedar diskusi.
Yang membuat gue jenuh adalah sikap mereka, gue rasa benar benar kental disini. Some of them aren't open minded, and even worse, sometimes they underrate the newbies (yea I'm a newbie in this fandom). Seems like they're done treated like shit in real life so they do the same to others as revenge. Mereka cenderung asik sendiri, apalagi sama lingkaran mereka (yang isinya sama semua) and that's what the outcasts do in real life, right? Ngumpul sama itu-itu aja, menutup diri dari lingkungan. Tapi kalo di sosial media, mereka justru stand out, disegani kalangan sesama akun khusus newbie. The only thing I hate is not because the fact that they're outcasts; but the way they treated people in social media. I mean, hey, you guys are only sneak cockroaches IN REAL LIFE, but how dare you being an arrogant shit on internet.
I could fit in their circumstance if I tried to, but I didn't. Gue tidak akan memaksakan berada di lingkungan yang gue ga nyaman. Jadi ya, gue memutuskan untuk tidak aktif di akun khusus untuk beberapa lama.
And this same shits happened on ask.fm too.
Semua orang tau fitur anonim yang ada di askfm digunakan sebagai senjata yang ampuh. Askfm seketika berubah jadi judge.fm, dakwah.fm, atau kontoltaibabiperekanjingmonyetgoblok.fm
Yang menjadi perhatian gue di ask.fm adalah dakwah.fm . Mereka yang menghujat user-user askfm yang memiliki kepercayaan berbeda. Agama dan kepercayaan bukan sesuatu untuk diperdebatkan, apalagi memaksa orang lain untuk memeluk kepercayaan yang sama; itu salah besar.
Dan sama seperti pikiran gue sebelumnya, rasanya mereka yang suka menghujat kepercayaan orang lain adalah mereka yang gak open-minded dan kayak gak sadar internet? I mean you can meet random people all over the world by internet dan gue rasa mereka tidak terbiasa dengan hal tersebut. Kalau mereka orang yang open-minded, supel, banyak teman IN REAL LIFE, harusnya mereka mengerti perbedaan dan keragaman jalan pikir, filosofi & pilihan tiap individu.
SEKIAN! :)
ABOUT THE AUTHOR
Thanks for reading this post. If you are interested to read more posts in this blog, feel free to click here and there to explore more. Have a good day, mate!
0 comments:
Post a Comment