Baru-baru ini saya ngulik lagi blog saya. Kalau kata orang-orang yang dulu nge-blog lalu tidak nge-blog lagi lalu nge-blog lagi, mereka akan bilang "blog ini udah usang banget!". Klasik, ya?
Saya paling banyak menulis di tahun 2013, waktu SMP. Dulu ceritanya kaget sastra. Banyak baca novel. Jadi ingin bisa nulis juga. Bisa lihat ke tulisan saya dulu. Haha! Banyak sekali kata-kata puitis. Pakai diksi yang susah-susah. Supaya keren. Saya bangga sekali dulu. Banyak dipuji. Dibilang calon sastrawan. Calon penulis besar. Makin tersipu. Lalu teman-teman ikut bikin blog. Lalu semua jadi suka menulis. Meski lagi-lagi, jadi usang. Ratusan pranala terpakai sia-sia. Sebab kini cuma jadi sampah internet. Tapi, tak apa! Apa yang ada di dunia maya ini tidak bisa diambil lagi. Biarlah semua jadi kenangan. Jadi bagian dari sejarah hidup masing-masing.
Tapi kalau saya sadari lagi, sebenarnya itu proses tumbuh. Semua akan selalu begitu. Kita akan berbangga pada proses kita, lalu melangkah jauh, lalu menoleh ke belakang. Ketika menoleh kita mungkin akan tertawa, sebagian akan terharu, sebagian akan menyesal, sebagian akan kesal. Semua punya reaksinya masing-masing. Tapi apa yang telah terjadi tidak bisa diputar lagi, tidak bisa dihapus, tidak bisa diubah. Akan terus ada di sana. Saya menyenangi membaca tulisan lama saya. Mengingatkan saya bahwa empat tahun telah berlalu. Kayla kecil sama sekali tidak tahu ia akan ada di mana. Tidak tahu bahwa jalan hidupnya amat menantang. Tapi dulu ia begitu optimis. Ia percaya. Ia menulis banyak hal, tidak peduli orang-orang yang lebih tua mungkin menertawakan tulisannya. Anggap waktu ini cuma ilusi, berarti saya juga menertawakan saya sendiri, di saat Kayla kecil begitu percaya diri. Lalu saya berpikir, segala kepercayaan itu telah membantu saya tumbuh.
Sama halnya seperti jam yang akan terus berputar, hidup juga begitu. Akan terus berjalan. Tidak bisa mundur. Kecuali baterainya habis. Kecuali nyawanya habis.Tapi kadang, di sela-sela kehidupan kita yang sibuk,berhentilah sebentar. Kadang kita perlu menarik napas. Kadang kita perlu diam sejenak, menoleh ke belakang. Jangan-jangan ada yang terlewat. Jangan-jangan ada yang terlupa. Atau sekedar mengingat seberapa jauh jalan yang sudah kita tempuh.
Di Kaliurang, lampu merah bisa sampai dua menit. Bisa untuk tarik napas sejenak dari hiruk-pikuk jalanan. Mungkin minta maaf sama ibu-ibu pengendara motor yang barusan kita maki. Atau sekedar matikan mesin sebentar. Barangkali cek bensin tinggal berapa, pikirkan di mana pom bensin terdekat, sebelum lampu hijau menyala lagi.
Jangan lupa berhenti sebentar. Ingat, lampu merah bukan untuk diterobos. Bisa bahaya. Berhentilah, sebentar saja.
Saya paling banyak menulis di tahun 2013, waktu SMP. Dulu ceritanya kaget sastra. Banyak baca novel. Jadi ingin bisa nulis juga. Bisa lihat ke tulisan saya dulu. Haha! Banyak sekali kata-kata puitis. Pakai diksi yang susah-susah. Supaya keren. Saya bangga sekali dulu. Banyak dipuji. Dibilang calon sastrawan. Calon penulis besar. Makin tersipu. Lalu teman-teman ikut bikin blog. Lalu semua jadi suka menulis. Meski lagi-lagi, jadi usang. Ratusan pranala terpakai sia-sia. Sebab kini cuma jadi sampah internet. Tapi, tak apa! Apa yang ada di dunia maya ini tidak bisa diambil lagi. Biarlah semua jadi kenangan. Jadi bagian dari sejarah hidup masing-masing.
Tapi kalau saya sadari lagi, sebenarnya itu proses tumbuh. Semua akan selalu begitu. Kita akan berbangga pada proses kita, lalu melangkah jauh, lalu menoleh ke belakang. Ketika menoleh kita mungkin akan tertawa, sebagian akan terharu, sebagian akan menyesal, sebagian akan kesal. Semua punya reaksinya masing-masing. Tapi apa yang telah terjadi tidak bisa diputar lagi, tidak bisa dihapus, tidak bisa diubah. Akan terus ada di sana. Saya menyenangi membaca tulisan lama saya. Mengingatkan saya bahwa empat tahun telah berlalu. Kayla kecil sama sekali tidak tahu ia akan ada di mana. Tidak tahu bahwa jalan hidupnya amat menantang. Tapi dulu ia begitu optimis. Ia percaya. Ia menulis banyak hal, tidak peduli orang-orang yang lebih tua mungkin menertawakan tulisannya. Anggap waktu ini cuma ilusi, berarti saya juga menertawakan saya sendiri, di saat Kayla kecil begitu percaya diri. Lalu saya berpikir, segala kepercayaan itu telah membantu saya tumbuh.
Sama halnya seperti jam yang akan terus berputar, hidup juga begitu. Akan terus berjalan. Tidak bisa mundur. Kecuali baterainya habis. Kecuali nyawanya habis.Tapi kadang, di sela-sela kehidupan kita yang sibuk,berhentilah sebentar. Kadang kita perlu menarik napas. Kadang kita perlu diam sejenak, menoleh ke belakang. Jangan-jangan ada yang terlewat. Jangan-jangan ada yang terlupa. Atau sekedar mengingat seberapa jauh jalan yang sudah kita tempuh.
Di Kaliurang, lampu merah bisa sampai dua menit. Bisa untuk tarik napas sejenak dari hiruk-pikuk jalanan. Mungkin minta maaf sama ibu-ibu pengendara motor yang barusan kita maki. Atau sekedar matikan mesin sebentar. Barangkali cek bensin tinggal berapa, pikirkan di mana pom bensin terdekat, sebelum lampu hijau menyala lagi.
Jangan lupa berhenti sebentar. Ingat, lampu merah bukan untuk diterobos. Bisa bahaya. Berhentilah, sebentar saja.