A Koala in Pilgrimage

  • Home
  • Kayla who?
  • Why Koala? What Pilgrim?
  • Pages
    • Flavors.me
    • About.me
    • Medium
Home Archive for November 2013
Kalian tau rantai makanan? Produsen dimakan konsumen 1, konsumen 1 dimakan konsumen 2, konsumen 2 dimakan konsumen 3, begitu seterusnya hingga akhirnya mati dan disantap ramai-ramai oleh pengurai. Kita semua tau, ada berapa juta induk-induk hewan disana yang sedih karena anaknya disantap oleh pemangsa.

Apa paling tidak kalian pernah melihat, seekor laron yang tiba-tiba terjerat lidak cicak? It desperately trying to get off. Meronta-ronta, namun tidak bisa berbuat apa-apa hingga akhirnya disantap. Kasihan, itu kalau kita lihat dari sisi pandang sang laron. Tapi apabila keadaan berbalik, sang laron lepas, maka kasihan adalah kata yang tepat untuk sang cicak, kehilangan makanannya. Lalu kita, sebagai saksi mata? Kau tahu ceritanya, rangkaian kejadiannya, tapi kau hanya menatap kejadian tersebut, dan diam. 

Memang begitu seharusnya kan?

Biarkan alam bekerja, karena yang memang sudah seharusnya terjadi ya harus terjadi. Itu interaksi mereka, biarkan segalanya berjalan lancar, baik ataupun tidak.

Itu juga mengapa sudut pandang cerita dibagi dua, yakni sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga (pasti udah belajar ini di B.Indonesia). Kalau kita berperan sebagai orang pertama, maka kita yang mengalami kejadian tersebut, dan bagaimana alurnya, kita yang menjalani dan merasakan.

Lalu bagaimana bila, posisi kita sebagai orang ketiga? Orang ketiga, mengetahui dengan jelas bahwa A akan terbunuh B, atau C akan meneguk racun, atau bagaimana D dan Z bertemu lalu menikah. Namun, orang ketiga tidak punya kuasa apa-apa. Mereka hanya tau, sekedar tau. 

Mereka bukannya tau, lantas mengatur semuanya sesuai yang diinginkan. Tidak. Mereka hanya tau, dan membiarkan segalanya terjadi, layaknya kita melihat laron yang meronta-ronta di lilitan lidah cicak. Yang terpenting dari segalanya hanyalah mereka tau banyak hal, namun tak akan merealisasikannya dalam cerita, karena cerita tersebut milik orang lain, bukan miliknya.
Matematika dan fisika, nampaknya pelajaran utama yang benar-benar dipelajari murid dewasa ini. Emang rumit sih, gue juga suka kewalahan banget. Fisika dan matematika ini berhubungan banget, karena fisika banyak rumus-rumus hitung-hitungan yang mengharuskan kita paham matematika. Jadi, orang yang suka fisika pasti suka matematika, tapi belum tentu sebaliknya, contohnya gue.

Fisika, sebagaimana kita semua tau, JELAS LEBIH SUSAH. JELAS. Kenapa? Oke, gue bakal menjelaskan secara detail.

Jadi, perhitungan matematika (based on what i've learned until 9th grade ya-_-) itu biasanya lebih pas. angkanya juga ya, kadang emang ga masuk akal siih tapi tetep aja lebih mudah diitung. 

Coba fisika? Untuk menghitung Tekanan aja lu perlu rumus Rho x g x h dimana g nya aja = 9,80665 m/s2 tapi ya kalo sekarang-sekarang masih 10 m/s2 sih. Atau, konstanta pada rumus hitung gaya elektrostatis aja 9 x 10 pangkat 9 Nm2/C2. APAAN COBA. APA APA APA

Tapi, lu harus perhatiin. Kenapa fisika begitu rumit? Karena fisika itu fakta. Percepatan 
gravitasi angkanya gak akan bulat. Fisika itu memang masuk akal. Kenyataannya, gak mungkin tekanan yang ada pada seekor ikan pada kedalaman sekian akan bulat angkanya. Kedalaman ikan di laut pastilah sekian koma sekian. Ikan mana yang mau ngukur kedalaman mereka berenang?! Gak bakalan 10 m, pasti 10,8475849594 m dari atas permukaan laut.

Dan sekarang liat matematika. Siapa juga yang mau beli melon 10 biji? Men?! Apa Budi sekuat itu?! Siapa juga yang setolol itu menjatuhkan dua telur di jalan lalu balik lagi.Siapa juga yang mau ngukur luas dan keliling pizza, lalu mengukur ukuran juringnya? DAN SIAPA YANG MAU NGITUNG MATA DADU APA YANG BAKALAN IA DAPAT. KARENA LEMPAR DADU ITU HOKI.

Dan yang bisa kita pelajari adalah; memang fakta itu rumit. Bahkan fisika aja udah membuktikan kan? Fakta dalam kehidupan gak segampang, sebulat, dan semudah itu buat diperhitungkan. Fantasi, sinonim dari mimpi, dikendalikan oleh kita, paling tidak bisa kita perhitungkan. Tapi lain halnya dengan fakta. Segala kenyataan harus diperhitungkan, dan itulah mengapa fisika begitu rumit.

Jadi, baca lagi paragraf pertama, dan kalian pun tahu, alasan gue memilih matematika ;)
wak·tu 1 n seluruh rangkaian saat ketika proses, 
perbuatan, atau keadaan berada atau  berlangsung  
2 n lamanya (saat yg tertentu) 3 n saat yg tertentu 
untuk melakukan sesuatu  4 n kesempatan; tempo; 
peluang  5 p ketika, saat  6 n hari (keadaan hari)  
7 n saat yg ditentukan berdasarkan pembagian bola 
dunia 

Kalian tahu, menurutku definisi waktu lebih luas dari ini, lebih brengsek untuk dihapalkan daripada ini. Waktu layaknya sesuatu yang hidup, dan kini ada di sekeliling kita, siap mengobrak-abrik perasaan manusia. Waktu seringkali memberi kejutan; entah baik atau buruk. Waktu tidak kenal tega. Membiarkan kita terbang bebas, tak ayal dihantam secara tiba-tiba. Kemudian dengan mudahnya, jatuh dan terperangkap dalam jeruji nostalgia. 

Waktu menciptakan metamorfosa. 

me·ta·mor·fo·sis /métamorfosis/ n Geo perubahan bentuk 
atau susunan; peralihan bentuk

Ah, perubahan.

Bolehkah aku iri pada ulat? Ia ber-metamorfosa, dengan sabar meniti waktu, merajut persiapan, dan ketika waktunya tiba, ia adalah mahluk menawan yang dikagumi. Semesta tersenyum padanya, inilah mahluk Tuhan yang indah itu. Bahkan lagu Kupu-Kupu Yang Lucu, Kemana Engkau Terbang? ...  didedikasikan untuknya. Sang ulat pastilah sudah menunggu saat-saat itu, berdoa pada tuhan dalam tiap langkahnya, Beri Aku Metamorfosa, Tuhan.
Ta
Tapi salahkah aku, jika aku tidak?

Sementara ratusan ulat diluar sana kini sedang berdoa dan berharap, bolehkah aku tidak? Bolehkah aku menghindarinya? Persetan dengan metamorfosa ulat, enak saja. Mereka punya metamorfosa yang indah, sempurna. Jangan tanya metamorfosa apa yang terjadi padaku. Sementara sang ulat melepas beban-bebannya, hasil metamorfosa membuatnya terbang dan tak perlu merayap-rayap dengan ringkih, aku justru melepas  sayapku. Motif-motif itu tak lagi tercorak; kini muram dan kusam.

Maaf jika aku belum rela, maaf jika aku terus menyalahkan waktu. Inilah aku, yang kini pecah, berdifusi dalam lara, terhantam bumi, mencoba melawan gravitasi. Inilah aku, terbakar hangus dalam emosi, melepuh dalam luka tak berperi. 

Inilah aku, yang terjebak jeruji nostalgia.
Se
Subscribe to: Posts ( Atom )

About Me

 photo 1500559169952_1.jpg
A bookworm, a craver of warmth. A dreamer, a (little bit) chaser. Above all, a sleep lover.

Pages

  • Beranda
  • Why Koala? What Pilgrim?
  • Whose Blog Are You Looking At?
  • ►  2018 (1)
    • ►  July (1)
  • ►  2017 (2)
    • ►  September (2)
  • ►  2016 (2)
    • ►  May (2)
  • ►  2015 (7)
    • ►  July (2)
    • ►  March (1)
    • ►  January (4)
  • ►  2014 (3)
    • ►  May (2)
    • ►  February (1)
  • ▼  2013 (33)
    • ►  December (3)
    • ▼  November (3)
      • Peran
      • Matematika dan Fisika
      • Kesaktian Waktu
    • ►  October (1)
    • ►  September (6)
    • ►  August (1)
    • ►  July (3)
    • ►  June (12)
    • ►  May (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
  • ►  2012 (13)
    • ►  December (3)
    • ►  November (1)
    • ►  August (1)
    • ►  June (2)
    • ►  May (3)
    • ►  April (3)
  • ►  2011 (3)
    • ►  December (1)
    • ►  October (1)
    • ►  August (1)
Powered by Blogger.

Blog Archive

  • ►  2018 (1)
    • ►  July (1)
  • ►  2017 (2)
    • ►  September (2)
  • ►  2016 (2)
    • ►  May (2)
  • ►  2015 (7)
    • ►  July (2)
    • ►  March (1)
    • ►  January (4)
  • ►  2014 (3)
    • ►  May (2)
    • ►  February (1)
  • ▼  2013 (33)
    • ►  December (3)
    • ▼  November (3)
      • Peran
      • Matematika dan Fisika
      • Kesaktian Waktu
    • ►  October (1)
    • ►  September (6)
    • ►  August (1)
    • ►  July (3)
    • ►  June (12)
    • ►  May (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
  • ►  2012 (13)
    • ►  December (3)
    • ►  November (1)
    • ►  August (1)
    • ►  June (2)
    • ►  May (3)
    • ►  April (3)
  • ►  2011 (3)
    • ►  December (1)
    • ►  October (1)
    • ►  August (1)
Copyright 2014 A Koala in Pilgrimage.
Designed by OddThemes