An Honest Letter in January 24, 2015

Dear, Naomi.
Lo harus tahu kalau hari ini, tepat setelah teman-teman lo mempublikasikan perayaan ulang tahun lo melalui berbagai media sosial, dan bagaimana lo sangat bahagia dan bersyukur kepadanya –membuat gue, inevitably jealous. Posesif gue mulai keluar.
Gue koreksi, deh. “Lo harus  lebih baik tahu...”. Karena sebenarnya gue bahagia aja kalau lo juga bahagia. Tapi gue cuma pengen lo tahu aja.
Adalah sesal yang benar-benar merasuki dada gue seharian ini bahwa gue gabisa ada di sana, merayakan ulang tahun lo, naburin tepung, telor, saus, air (segala jenis air dari yang bening sampai yang terkontaminasi) dan segala hal hina dina lainnya; secara membabi buta ke badan lo sambil ketawa-ketiwi,  dengan kejailan gue yang lo tahu benar seberapa parah. Bareng yang lainnya. Bareng sahabat-sahabat kita yang lainnya.
Gue jadi miris dengan fakta bahwa kita semua memang sudah separated and tore apart, dan bahwa masing-masing dari kita bakalan mensubtitusi posisi satu sama lain dalam hati dan pikiran kita –dengan orang lain. Lo tau dong kebiasaan overthink gue, and seriously dude, pikiran gue kemana-mana banget. Iya gue paham ini exaggerating banget, but who knows?

I know it’s not appropriate to say these thoughts of mine pada hari yang seharusnya jadi hari bahagia lo, and I’m really sorry for that. Tapi ini semua, dari hati gue yang paling dalam, dan lo tahu benar kalau cuma sama lo-lah gue gak bisa gak ngeluarin seluruh isi kepala dan hati gue. So please, forgive me karena tulisan-tulisan receh ini.
Happy Birthday dear, all great wishes from my deep heart for you.
I wish I could be there, beneran deh.

Share this:

ABOUT THE AUTHOR

Thanks for reading this post. If you are interested to read more posts in this blog, feel free to click here and there to explore more. Have a good day, mate!

0 comments:

Post a Comment